Review Invalidite - Faradita

Hallo.. comeback to myblog gais. Kai ini aku kembali dengan sebuah novel jebolan wattpad. Kayanya kalian pada ngga asing lagi deh dengan novel yang satu ini, selain jebolan wattpad katanya novel ini juga akan segera di filmkan. Kita kenalan sama penulis dan penerbitnya dulu yaa



Judul: Invalidite

Penulis: Faradita

Penerbit: Kubus Media

Ketebalan: 404 hlm

Sinopsis:

Sangat cerdas dalam meremehkan orang lain, pandai berkelahi, dan juga mahir menyakiti perempuan adalah penjelasan paling kuat siapa itu Dewa Pradipta. Tapi kearoganannya tidak berpengaruh pada seorang gadis berpakaian kuno. Pelita Senja.

Dewa terusik oleh Pelita yang selalu menanggapi sikap kasarnya dengan senyuman. Apalagi ketika gadis itu memaksa untuk mengatur hidupnya.

Tanpa menyadari akibat yang mungkin bisa menyakiti dirinya sendiri. Dewa memulai sebuah permainan untuk menaklukkan Pelita. Karena gadis itu adalah sebuah paket lengkap bagi Dewa. Untuk memenangkan tahuran dan menyakiti sepupu tirinya.

Satu lagi, novel jebolan wattpad berhasil menarik perhatian untuk aku baca. Invalidite telah dibaca 19 juta kali di wattpad. Cukup menarik bukan?

“Kamu nggak pernah menyesal, karena rasa egois kamu lebih tinggi dari kepedulian. Boleh jadi kamu mungkin nggak peduli sama masa depan, tapi jangan biarin itu bikin diri kamu nggak berkualitas.” Hal.30

Dewa Pradipta; kalau kata Pelita sih Dewa ini tukang foto, tapi kata Dewa ia adalah seorang fotografer. Dewa bisa dikatakan sama seperti cowok badboy yang bisa disukai banyak cewek. Suka tawuran. Tapi sebenarnya Dewa ini anak baik hanya saja masa lalunya yang membentuknya menjadi pribadi seperti itu. Dewa juga anaknya bertanggungjawab.

Pelita Senja; cewek ini adalah pembimbingnya Dewa di kampus. Ia mau membimbing Dewa agar ia mendapatkan beasiswa. Pelita ini mempunyai aura positif yang luar biasa. Dia selalu tersenyum bagaimana pun keadaannya sehingga bisa membuat pembacanya juga merasakan aura positif dari dirinya.

Mungkin cerita ini masuk ke dalam novel romance-nya remaja. Bisa kalian baca ketika sedang waktu luang. Ceritanya mengalir begitu saja. Aku pikir, novel ini akan membahas dunia kampus seperti latar belakang dari cerita ini tapi ternyata lebih kepada fotografi. Not bad, penulis berhasil menceritakan sedikit banyak tentang dunia fotografi di novel ini.

Dan di dalam segi alur yang di pakai, penulis juga pakai alur campur, dimana di tengah cerita di kisahkan bagaimana kasih masa lalu Dewa yang berhubungan dengan Pelita. Oh.. lebih tepatnya kisah orangtua mereka.

“Bahwa kuat bukan hanya soal berdiri tegak melawan angin, tapi juga tentang menunduk demi mengulurkan tangan.” Hal.82

Ibarat Dewa, ia butuh sinar untuk menyinarinya dan Pelita datang sebagai sinar tersebut. Walaupun di awal-awal cerita aku rada kesel dengan Dewa tapi di pertengahan cerita karakternya Dewa mulai terbentuk dan itu tak lepas dari adanya Pelita di sekitar dia.

Cerita ini cocok untuk kalian yang sedang butuh bacaan ringan tetapi berkesan. Iya, kisah Dewa dan Pelita cukup berkesan untuk aku bahas lagi.

Dan untuk konfliknya aku juga suka, aku pikir konfliknya akan terjadi ketika Pelita tau kalau Dewa hanya menjadikannya sebagai sebuah permainan. Tapi siapa yang tahu, konflik utama baru saja terjadi ketika pertemuan Dewa dengan ayah Pelita. Dan penyelesaian konfliknya juga ngga bisa di tebak. Perjuangan Dewa untuk Pelita memang buat terharu sih. Cinta bermain di antara kedua anak manusia ini. Hingga akhirnya membawa mereka pada satu titik apakah mereka bisa bersama atau lebih baik memilih jalannya sendiri. Huaa.. aku terharu.

Ohya, di setiap bab juga ada pembukaan dengan quotes-quotes yang menghubungkan dengan isi cerita berikutnya. Dan sepanjang bab quotesnya cukup jleb ehe!

Cerita ini menceritakan tentang keluarga, persahabatan, dan cinta. Dan bumbui dengan kepercayaan dan juga kesetiaan.

Pelita hadir untuk menemani Dewa dan Dewa hadir untuk melengkapi Pelita. Sekomplit itu memang kisah mereka.

“Namanya hati. Ia egois, bergerak sendiri. Memilih tanpa mau mengikuti. Jikapun seluruh indra memaksa menjauh, tapi hati tetap tahu ke mana hadir melabuh.” Hal.318

Dan kisah ini juga di tutup dengan sebuah kelegaan. Hanya sedikit pertanyaan tapi biarkan itu mengudara saja. Melihat mereka bahagia sudah cukup membuatku bahagia. Dan terimakasih untuk Dewa dan Pelita sudah hadir untuk membuat banyak orang tersenyum. Dan terimakasih juga untuk penulisnya sudah menulis kisah semanis ini.

Posting Komentar