Review Egosentris - Syahid Muhammad



Judul: Egosentris
Penulis: Syahid Muhammad
Penyunting: Steffani Bella, fLo
Penyunting Aksara: Tri Prasetyo
Desain Sampul dan Tata Letak: iidmhd, Techno
Penerbit: Gradient Mediatama
ISBN: 978-602-208-165-4

Sinopsis:

“Pada bait ke sekian, diksi-diksi yang berbaris. Kehilangan arah setelah koma yang berkepanjangan. Mereka baru menyadari bahwa dirinya hanyalah potongan tanya utusan Penyair Agung Yang saling mencari penjelasan, saling mengartikan maknanya sendiri. Kemudian tetap menjadi tanya, tetap mencari, dan menemukan.”

Untuk yang ketakukan dan bersembunyi
Untung yang dibedakan dan diasingkan
Tegak dan hiduplah.

***

Pernah nggak sih kalian nemu bacaan yang disaat yang sama kalian sedang butuh bacaan tersebut? Hmm gimana ya menjelaskannya, misalnya gini nih; kalian sedang butuh buku tentang cara melupakan seseorang dan secara nggak sengaja kalian lagi baca itu buku, konspirasi alam semesta banget nggak tuh? Hadehh… analogi saya nggak banget deh ya? Intinya tuh saya lagi nemu bacaan yang cocok banget sama isi pikiran saya, bacaan yang memang sedang saya butuhkan. Pokoknya gitu deh.

Btw, saya lama banget nggak ngetik review, sebenarnya saya bingung mau mulai dari mana, saya… ahh bentar dulu, kalian nunggu nggak sih review dari saya? Review saya aneh nggak sih? Akhir-akhir ini saya sedang insecure sama tulisan saya sendiri. Manusiawi kan?

Gapapa deh, saya tetap mau melanjutkan banyak review saya yang tertunda. Dan kali ini saya mulai dari sebuah buku yang sudah lama sekali ingin saya baca tapi ada saja hal yang membuat saya menunda-nundanya. Mungkin memang semesta membiarkan saya membaca buku ini ketika saya sedang ada dikeadaan seperti ini kali ya?

Jadi, buku Egosentris yang kata orang-orang adalah buku ajaib itu benar adanya. Saya percaya siapapun yang sudah membaca buku ini akan setuju soalnya apapun yang diceritakan di buku ini adalah apa yang sering kita temui di dunia nyata. Salah satunya karakter ataupun tokoh utama yang bernama Fatih. Mungkin bagi sebagian orang sosok Fatih adalah manusia aneh. Bagaimana bisa ia mempunyai pemikiran yang selalu bertentangan dengan orang disekitarnya. Bagaimana bisa ia mempunyai pemikiran yang begitu ummm logis? Saya memang belum nemu seseorang yang mempunyai pemikiran seperti Fatih ini atau mungkin nemu tapi saya yang nggak nyadar? Ahh entahlah.

Selain Fatih ada juga dua sahabatnya yang menerima ia sebagai mana adanya di saat banyak orang menjauhinya karena ia kelewat realistis. Siapa dua sahabat tersebut; Fana dan Saka.

Ohiya, novel ini mempunyai beberapa sudut pandang; ada sudut pandang orang pertama di mana setiap chapternya ada dari Fana, Saka dan Fatih. Jadi di setiap sudut pandang tokoh akan diceritakan latar belakang mereka. Kalian harus percaya jika ada orang di bentuk menjadi pribadinya seperti sekarang itu tidak lepas dari apa yang terjadi di masa lalunya. Contohnya gini, misal ada orang yang mempunyai karakter suka marah-marah nggak jelas nah kita perlu tau sebab akibat kenapa ia menjadi suka marah-marah dan itu berhubungan dengan masa lalunya. Dan kalian tau, ini dibahas di dalam ilmu psikologi. Iyaa, novel ini bercerita tentang ilmu psikologi yang mudah dipahami oleh orang awam. Makanya saya suka membaca buku ini.

Buku ini dimulai dengan adegan makian yang cukup menegangkan. Serius deh pas pertama saya baca rada syok gitu deh. Terus saya langsung mikir “Okee, buku ini kayanya akan sedikit berbeda” dan benar setiap dialog dan apa yang terjadi sangat-sangat membuat saya berpikir berkali-kali. Buku ini bisa saya katakan adalah buku termanusiawi yang pernah saya baca. Soalnya apapun yang saya temui dibuku ini saya temui juga di dunia nyata. Dan lewat buku ini saya bisa melihat berita dari sudut pandang yang berbeda.

Di antara semua tokoh saya rasa tokoh utama yang paling di sorot ceritanya adalah Fatih. Dengan sifatnya yang sedingin es dan tingkahnya yang aneh pasti ia memiliki luka masa lalu yang nggak mengenakkan. Dan benar saja. Bahkan saya sangat sulit memahami jika harus berada di posisi Fatih. Pilu membiru kalau kata Kunto Aji hehe

Dan betapa beruntungnya Fatih karena di tengah-tengah keramaian permasalahannya ia mempunyai dua tangan dan juga dua telinga untuk mendengarkan keluh kesahnya kepada dunia. Dengan adanya Saka dan Fana, Fatih bisa menjadi manusia secara utuh tanpa di hakimi apa-apa.

Ada salah satu tokoh yang membuat saya jengkel. Yaitu Henri. Henri ini adalah teman sekelasnya Fatih. Sebenarnya sosok Henri ini mudah kita temukan di lingkungan kita cuma bagi beberapa orang terlalu malas untuk menanggapinya selain bersikap iya-iya saja dengan tingkahnya. Dan setelah saya sampai pada chapter di mana cerita tentang Henri di sorot saya jadi mulai respect sama dia. Semacam apa yaa, hmm kasian dengan hidup dia yang nggak mudah dan dipaksa untuk menjadi sosok yang sempurna.

Novel ini mengajarkan kita untuk menjadi manusia. Melihat banyak permasalahan dari berbagai sudut yang berbeda. Belum lagi jika di sorot dari kehidupan Fana atau Saka. Pokoknya jleb banget deh.

Ending novel ini ditutup dengan sangat baik. Saya suka. Lebih suka lagi karena buku ini ada lanjutannya. Mungkin saya akan membacanya dalam waktu dekat.

Untuk penulis yang membaca ulasan saya terima kasih sudah menciptakan cerita seepic ini. Saya suka banget.

Dan untuk pembaca ulasan saya, please baca buku ini agar kalian bisa menemukan banyak hal yang selama ini sering kita abaikan.

"Sungguh perempuan mana yang rela memberikan telinganya tanpa berharap lebih? Perempuan mana yang rela memberikan waktunya tanpa harus memendam sesuatu. Aku terlalu pintar untuk tidak menyadari itu."

Posting Komentar