Review Catatan Juang - Fiersa Besari

Hallo.. comeback to my blog! Untuk beberapa waktu ke depan mungkin aku bakalan rajin mengulas buku. Karena bacaanku random dan kadang aku pengen ngeracun biar kalian yang baca tulisan ini juga ikutan baca. Kali ini aku kembali dengan sebuah novel yang luar biasa untukku. “Catatan Juang” adalah sebuah novel yang di tulis oleh Fiersa Besari setelah novel kedua-nya yaitu Konspirasi Alam Semesta. Sebelum aku bahas lebih lanjut aku bakalan memperkenalkan asal usul novel ini terlebih dahulu ya.



Judul: Catatan Juang
Penulis: Fiersa Besari
Penyunting: Juliagar R. N.
Penyunting Akhir: Agus Wahadyo
Desainer Cover: Budi Setiawan
Lettering: @deanurrizkir
Penata Letak: Didit Sasono
Penerbit: Mediakita

Sinopsis:

Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya.

Tertanda,

Juang.

***

“Jadilah prinsipil. Jika ingin mengejar yang lain, lepaskan dulu pijakanmu dari yang satu. Karena mengajar dua hal sekaligus justru berujung membuatmu tidak fokus. Dan camkan ini sebelum kau mulai berlari. Ingat lagi betapa dulu kau mengejar mati-matian, betapa dulu kau meminta untuk dipertahankan, dan betapa dulu kau bilang akan berjuang melawan segala perbedaan. Karena yang lebih sulit daripada menangkap mimpi adalah mempertahankan mimpi ketika ia telah menjadi kenyataan.”

Sebelumnya aku pengen cerita dulu, buku Catatan Juang ini sudah kubeli dari setahun yang lalu. Dan kenapa aku baru membacanya? Aku juga nggak tahu. Tiba-tiba saja ketika sedang berdiri dekat rak buku tanganku tertuju dengan buku bersampul merah ini.

Ngomong-ngomong tentang buku bersampul merah, di dalam ini buku bersampul merah akan menjadi peran utama di setiap halamannya.

Jadi di dalam novel ini terdapat beberapa tokoh; salah satubta ada Suar yang menjadi tokoh utama kisah ini.

Ketika Suar turun dari angkot yang ia tumpangi ia menemukan sebuah buku di atas angkot yang terjatuh. Lalu dia pun mengambilnya. Buku itu adalah buku yang bersampul merah. Dan disinilah kisah itu di mulai.

Ketika Suar menemukan buku itu, dia berniat untuk mengambalikannya. Dan dia mencoba membaca beberapa halaman untuk mencari keterangan tentang si empunya buku itu. Tapi, semakin ia membaca buku itu dia tidak menemukan petunjuk apa-apa selain nama utama di halaman awal buku tersebut; Juang adalah nama di dalam buku itu.

Halaman per halaman sudah dibaca oleh Suar, ia merasa buku bersampul merah ini seperti semacam energi untuknya. Di setiap halaman selalu saja ada pelajaran hidup yang di tuliskan oleh Juang, seolah menggambarkan sosok Juang yang sesungguhnya.

Kemana pun Suar pergi ia selalu membawa buku tersebut. Di tengah kejenuhannya sebagai seorang asuransi di sebuah perusahaan dan kekalutan hatinya di sebabkan baru putus cinta Suar seperti menemukan sosok dirinya kembali.

Dulu Suar kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Ia terbiasa dengan fotografi dan semacamnya. Hanya saja keadaan keluarganya yang terpuruklah yang membuat ia mengubur dalam-dalam impian menjadi sutradara.

Ketika ia menemukan buku merah dan membaca isinya, impian yang pernah ia kubur kini mulai timbul kembali. Pada suatu ketika, ia pun membuat keputusan. Ia harus keluar dari zona nyamannya.

Berbekal tekat dan juga keberanian, Suar akhirnya memutuskan untuk kembali ke Desa dan menceritakan perihal keinginannya kembali untuk mewujudkan cita-cita. Dan orangtuanya pun setuju.

Di setiap langkah Suar, buku sampul merah selalu menjadi obat baginya untuk terus bersemangat. Kegagalan dan keberhasilan pun mulai ia raih satu-satu.

Hingga ia di pertemukan dengan Dude, si pecinta kopi dan suka berpetualang. Mereka bersama-sama mulai menanjak gunung untuk keperluan konten yang sedang di garap oleh Suar. Lambat laun, benih-benih cinta itu pun timbul.

Melalui Dude, akhirnya Suar bertemu dengan si pemilik buku bersampul merah. Siapakah sebenarnya si pemilik itu, apakah ia adalah Juang? Ataukah orang lain?

“…jangan lupa bahwa bekerja itu untuk mengisi perut dan menafkahi keluarga bukan untuk menjadi workaholic sampai-sampai mengesampingkan keluarga yang menyayangimu. Jangan lupa bahwa manusia mempunyai mimpi-mimpi untuk diraih, bukan dibunuh atas nama tuntutan hidup...” 

Silahkan di baca kisah lengkapnya di buku Catatan Juang ya. Hehe..

Pokoknya kamu nggak akan nyesel jika membeli dan membaca buku ini. Seperti yang sudah aku tulis sebelumnya, ketika membaca Catatan Juang kita seperti sedang membaca kisah hidup seseorang. Yang tersaji dalam satu buku dan terdapat dua cerita yang berbeda.

Akhirnya, sudah 5 buku Bung yang berhasil aku selesaikan.

Kemarin pada tanggal 17 Agustus, Bung kembali merilis buku terbaru. Squel dari Arah Langkah. Ingin sekali rasanya aku meminang buku tersebut tapi aku tahan dulu. Semoga nanti sebelum tahun ini berakhir aku berhasil meminang buku tersebut.

Oke, sekian ulasan buku kali ini. Selamat membaca!

Posting Komentar