Book Review Koma tanpa Titik - Elvira


Judul: Koma tanpa Titik
Penulis: Elvira @catatanSeorangEha
Penyunting: Fernado Simandalahi
Penata Letak: Tim One Peach Media
Desain Sampul: Fernado Simandalahi
Ilustrasi: Priscilla Ivy Kurniawan
Penerbit: One Peach Media
ISBN: 978-623-6516-94-2

Blurb:

Aku tahu, kau benci diperdaya
tapi aku suka memperalat hatimu

Maafkan aku yang acap kali
mencuri warna matamu,
demi memintal keluwung di atas cerita

Aku tahu, kau tak sudi tertipu
tapi lagi dan lagi kugunakan cintamu
demi koma yang kupetik dari
suara pilu milikmu.

Sayangku,
janganlah kau menjemu dahulu
hingga hati mengunci kegilaan
Aku tak akan pernah membubuhkan titik
untuk larik-larik yang tak pernah usai

Biarkan saja aku memperdaya cintamu,
berulang-ulang hingga puisiku utuh.

*** 

“Kau pun tak berbeda, berkilau nakal di dalam gulita

Tanganmu terbelenggu tapi jarimu melubangi tembok

Tak perlu payah menjeratku bersama gelap

Aku sedang menunggumu, sayang.”

*

Koma tanpa titik—sebuah buku yang di dalamnya terdapat beberapa kumpulan puisi-puisi yang akan membuatmu terlena dengan sajak-sajak aksara tidak hanya itu saja buku ini juga akan memanjakan mata karena sangat colorfull. 

Di dalam buku ini terdapat 3 bab: tentang aku, tentang kamu dan tentang jarak.

Terkadang aku terasa kurang lengkap tanpa kamu tapi apa jadinya juga setelah aku dan kamu bersatu lalu ada jarak yang membentang. 

Buku ini berisi curahan-curahan hati tentang jarak yang membuat aku dan kamu di liputi sebuah rasa yang menyesakkan. Kadang ada beberapa puisi yang menggeliti perasaanku karena aku merasa itu ‘aku’.

Kenapa buku ini di beri judul Koma tanpa titik? Karena setelah adanya titik, di butuhkan kalimat baru untuk memulai kisah berikutnya. Dan itu artinya satu kalimat sebelumnya sudah berakhir dan akan di gantikan oleh kalimat yang baru. Sebuah pembukaan buku yang menurutku sangat indah.

Uniknya buku ini juga memiliki prolog yang di mulai dengan isi batin salah satu anak adam yang mempertanyakan tentang “adakah cinta yang sederhana?”

Lalu, buku ini pun akan di akhiri dengan epilog yang mempertanyakan “sebenarnya cinta sejati itu ada tidak sih?”

Dan jika kamu ingin tahu jawaban dari dua pertanyaan tersebut maka kamu akan menemukannya di dalam buku ini. Sebuah jawaban yang menurutku sangat sederhana tapi mempunyai makna yang mendalam.

Ini adalah buku kedua penulis yang aku baca dan aku menemukan perkembangan dari tulisannya. Dan jika di tanyakan aku lebih suka yang mana maka jawabanku; aku menyukai kedua buku tersebut. Untuk aku yang jarang membaca buku puisi, buku ini termasuk salah satu buku yang mudah untuk ku terima dan aku pahami makna dari isi bukunya.

Dan buku ini aku rekomendasikan untuk kalian yang sedang memulai mencari bacaan seputar prosa dan puisi.

“Nyatanya,

setiap telingaku

menghirup 

dalam suaramu, 

itulah jatuh cinta

Di ceruk ingatanku,

tak terselip kenangan

cinta jatuh kali pertama

Karena,

Setiap kau berbuih dalam

gelembung anganku,

itulah jatuh cinta

Lagi, lagi, lagi,

lagi dan

lagi.”

Sekian, terima kasih.

Posting Komentar