Book Review Every Day is Girls’ Day - Oepha Im


Judul: Every Day is Girls’ Day
Penulis: Oepha Im
Penyunting: N. Eka. P.
Desainer Sampul: Viona Daisy
Penata Isi: @mnefend
Penata Sampul: @baiknyarudi
Penerbit: Penerbit Koru
ISBN: 978-623-7351-91-7

Review :

“Nggak apa-apa kalau nggak ada yang bilang gue spesial di hidup mereka. Karena nyatanya, gue spesial buat diri gue sendiri.” 

Every Day is Girls’ day menceritakan tentang kehidupan Gauri bersama dengan dua sahabatnya—Iren dan Yasna. Iren si cantik yang pandai mendesain baju, Yasna si cewek baik hati yang pandai membuat kue, dan Gauri si biasa saja yang tidak punya bakat apa-apa. Tapi di antara perbedaan itu mereka bisa berteman akrab, bahkan mereka mempunyai kebiasaan unik yaitu menulis diary setiap hari dan akan dibaca seminggu sekali. Tapi pada satu hari buku diarynya Gauri hilang! Gauri panik karena di dalam buku harian itu ada benda penting milik Iren dan Yasna. Lalu saat itu Akdan—tetangga sekaligus musuh bebuyutan Gauri muncul. Gauri jadi curiga kalau Akdan adalah pelakunya!

Dari beberapa kisah remaja yang aku baca, kisah Gauri inilah yang paling mendekati kisah aku pas jaman SMA dulu. Jadi berasa baca kisah sendiri xixi. Pertemanan yang dibangun oleh Gauri dan sahabat-sahabatnya sukses membuat orang-orang iri dengan mereka. Karena dari sudut pandang orang lain pertemanan mereka terasa sangat sempurna. Tapi apakah benar seperti itu? Apalagi sejak buku harian Gauri hilang banyak hal-hal yang tak diinginkan terjadi.

Selain itu, semenjak buku Gauri hilang Akdan mulai mendekatinya dengan misi ingin membantu Gauri menemukan buku itu. Tapi di perjalanan dalam mencari buku tersebut banyak sekali hal-hal yang tidak terduga terjadi. Bahkan ada twist yang membuat aku berekspresi “haaah?” pas membacanya. Apalagi semakin mendekati akhir cerita ini jadi semakin menarik karena konflik utamanya mulai terpecahkan.

Konflik ceritanya ringan serta tidak bertele-tele dengan karakter para tokoh yang khas remaja banget. Perkembangan tokohnya pun sangat bagus serta yang terpenting cerita ini cukup page turner! Seru abis pokoknyaa! Beberapa hal yang aku suka yaitu ketika Akdan modusin Gauri ke bioskop, ketika pelaku pencurian buku terkuak, ketika Gauri, Iren dan Yasna saling memaafkan setelah mereka bertengkar.

Dari buku ini aku bisa belajar bahwa yang namanya pertemanan pasti akan ada masanya bertengkar lalu mengakui kesalahan serta meminta maaf. Serta pelajaran lainnya, sebagai orangtua sudah seharusnya berhenti membandingkan pencapaian sang anak karena yang anak butuhkan adalah kepercayaan agar ia bisa tumbuh menjadi sosok yang percaya diri. 

“Nggak perlu orang hebat untuk jadi berhasil, Gau. Lo nggak prlu pintar untuk jadi sukses. Lo hanya perlu mendalami bidang yang lo suka, totalitas sama bidang itu, dan temui titik sukses versi lo, deh. Dan selain kerja keras, keberhasilan itu didapat kalau lo punya dukungan dari orang yang lo anggap dekat.”

Karena keterbatasan caption di sebelah aku memutuskan melanjutkan reviewnya di sini. Tunas dari buku yang ingin penulis beritahu ke pembaca adalah untuk yang masih belum bisa mencintai diri sendiri dengan baik, mari mencoba sekali lagi. Jujur ketika membaca ini aku merasa terharu karena di saat yang sama juga engga terlalu mencintai diri sendiri seperti yang aku ungkap ke orang-orang.

Aku pernah ada di fase m,empertanyakan kemampuan diriku sendiri, baik ketika seumuran dengan Gauri ataupun sekarang ini. Tapi kadang pikiran jahat itu terlalu kejam jika dibiarkan bersemayam maka pelan-pelan—seperti yang Gauri lakukan dengan membuang pikiran jahat dan menggantikannya dengan banyak hal positif.

Di buku ini penulis benar-benar berhasil menyampaikan maksud dari tulisannya. Untuk remaja-remaja di luar sana yang masih mempertanyakan “kemampuanku apayaa” tolong jangan sampai rendah diri dan mengangap kamu tidak bisa apa-apa yaa. Kamu bisa membaca cerita ini untuk tahu bagaimana seorang Gauri berproses memjadi sosok yang lebih baik, bukan lebih baik dari orang lain tapi lebih baik dari diri dia sebelumnya.

Ohyaa, jika di atas aku sebutkan apa hal yang aku suka, maka pasti ada hal yang gak aku suka juga; mungkin sepele tapi aku terlalu sensitive di adegan Iren bilangin kalau lipstick-nya Maura berantakan. I don’t know why tapi itu agak menyesekkan. Yaa walau aku tahu Iren mengatakan itu akibat dari rasa sakit hatinya terhadap sang mantan. Trus Gaur juga nyaut lagi di situ. Bikin nyesek! Huh kayanya emang aku saja yang lagi sensitive pas bacanya ☹

“Kita bisa hidup dengan car akita sendiri. Namun, kita tidak bisa mengatur pandangan orang lain tentang kita.kita juga tidak bisa membatasi orang lain untuk melakukan apa yang dia mau. Kita ada hanya untuk melengkapi sesame. Untuk saling menghargai perbedaan. Bukan menekan kesamaan,”

Well, itu saja review dari aku kalau ada pertanyaan tentang buku ini komen di bawah yaa atau bisa DM aku ke ig @antaaress_ ntar aku balasin. Daah!


Posting Komentar