Book Review Ninevelove - J. S. Khairen



Judul: Ninevelove

Penulis: J. S. Khairen
Penyedia Naskah: Sasa
Desain Sampul: Kuro_Neko
Desain Isi: Nur Wulan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 078-602-03-3418-9

Sinopsis:

Jika cinta bisa tumbuh tanpa alasan, bisakah kebencian juga lahir tanpa alasan? Karena kebencianku padanya sudah bulat dan berkeping-keping bahkan sebelum aku mengenalnya.

Aku tak tahu kenapa laki-laki berbadan kurus ceking itu tak pernah membuat hidupku tenang. Selalu ada saja ejekan dan celaan yang membuat gundukan kebencianku semakin tinggi dan siap meletus kapan pun ia mau. Ya, Joven Sayoeti Chaniago—wartawan junior Majalah Cakrawala sekaligus rekanku di Tinta Kampus—seakan tak rela melihatku bahagia dengan senyum mengembang di pipi.

Aku pun merawat dengan baik kebencian itu. Menyiramnya dengan ledekan juga tawa puasnya, agar suatu hari nanti aku bisa membalasnya. Namun, saat pohon kebencian itu tumbuh dan berbuah, aku benar-benar tercengang. Tak kudapati bara di dalamnya. Hanya candu yang membuat aku terikat, hingga aku tak bisa melepaskan diri darinya.

*** 

”Joven, kamu suka sama saya, ya? Mending nggak usah deh. Saya gak bisa menjalani hubungan sama cowok mana pun karena kalian sama aja. Jahat semua. Apalagi menerima keadaan kalau ada sahabat terbaik saya yang diam-diam menaruh perasaan. Mending Anda pergi saja deh, kita nggak usah ketemu lagi.”

Setelah membaca tiga bukunya J. S. Khairen yang menurutku agak berat pembahasan yang membahas tentang teori dan kehidupan, akhirnya aku mencoba membaca buku ini. Yaa, setidaknya menurutku buku ini lebih ringan di bandingkan 3 buku sebelumnya yang aku baca.

Tema yang di angkat sangatlah klise, Love hate relationship. Mantap ga tuh? Lagi-lagi saya harus menyaksikan dua pasangan yang mulanya benci akhirnya jatuh cinta.

Ada beberapa tokoh di dalam cerita ini; Dewi si ambisius. Guruh yang sangat cool, Joven si berandal kampus tapi diam-diam punya keahlian di bidang jurnalistik, Dinda si cewek unyu yang menggemaskan, serta ada Gleny, Wira, Ranti, Rieska dan beberapa lainnya.

Kebencian yang di pupuk oleh Dewi terhadap Joven tidak ada alasan yang pasti. Pokoknya setiap Dewi melihat Joven rasanya ia ingin terus berteriak dengan menggunakan kata-kata yang kasar. Selain itu, diam-diam Dewi mengagumi sosok Guruh yang tenang. Tapi semesta tak berpihak padanya. Guruh bahkan tak meliriknya sekalipun. Karena kecewa akhirnya Dewi mengubur perasaannya terhadap Guruh dan mulai menerima bahwa di antara mereka hanya ada pertemanan saja. Lalu tiba-tiba sebuah event membawa Dewi menjadi dekat dengan Joven. Apa yang terjadi kalau sebuah rasa benci itu mengecil lalu berubah besar menjadi rasa cinta?

Mungkin cerita ini memang terkesan klise, tapi yang membuat saya suka adalah bagaimana cara penulis mendeskripsikan suasana kampus dan dipadukan dengan kegiatan organisasi jurnalistik. Teori-teori ekonomi bertebaran di cerita ini. Bahkan saya sendiri sebagai mahasiswa ekonomi merasa mendapatkan kuliah umum kembali. Beberapa ilmu tentang organisasi juga bisa di serap dari cerita ini, bagaimana cara Dewi menyatukan anak-anak baru dengan seniornya, bagaimana cara memimpin yang baik dan banyak hal lainnya.

”Ibu, mungkin aku akan sampai lebih lambat. Mungkin akan tersesat berkali-kali. Namun, bukankah tersesat di jalan yang benar lebih baik daripada melaju mulus di jalan yang salah?”

Bukan hanya tentang cinta, novel ini juga bercerita tentang keluarga yang hangat. Serta sebuah persahabatan yang begitu menyejukkan. Apa yang terjadi dengan orangtua Dewi itu di namakan dengan cinta walau sudah di sakiti tapi masih ada kata maaf. Yaa, semua kembali ke diri masing-masing juga sih. Apakah kita akan hidup dengan dendam atau memaafkan lalu berdamai dengan rasa sakit tersebut.

Sudut pandang yang di pakai di dalam cerita ini adalah sudut pandang orang pertama yang di ceritakan oleh keempat tokoh di dalamnya. Jadi apa yang di alami ataupun di rasakan oleh tokoh itu kita seakan hanyut dalam ceritanya.

Ending cerita yang di tutup dengan realistis. Sempat kesal dengan tingkah Dewi yang terlalu mendengarkan apa kata teman-teman si tukang ghibah. Mereka terlalu menjudge seseorang tanpa mencari tahu terlebih dahulu tentang orang tersebut. Sebuah pesan moral yang sangat baik. 

Well, untuk kalian yang membaca postingan saya ini, saya rekomendasikan buku ini untuk di baca karena bukan hanya tentang sebuah romansa cinta yang akan kalian dapatkan tapi bagaimana menjadi manusia yang peka terhadap sekitarnya serta seperti yang sudah saya sebutkan di ulasan saya bahwa ada beberapa hal tentang organisasi kampus yang bisa kalian serap di cerita ini.

Sekian ulasan singkat saya, terima kasih.

#ulasanbuku
#ulasansingkat
#antaaressreview
#mulaimenulisblog

Posting Komentar