Book Review A Wedding Come True - Ika Vihara




Judul: A Wedding Come True
Penulis: Ika Vihara
Penyunting: Afryanti P. Pardede
Penata letak: Divya P.L.K
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 978-623-00-1596-0

Blurb:

Sejak menulis surat cinta di bangki SMA hingga meraih dua gelar doktor, Alesha Maira Hakkinen tidak bisa membayangkan masa depan tanpa Elmar Karlsson di dalamnya. Banyak tahun mereka lalui sebagai sahabat dan kekasih. Namun, bukannya bersama di pelaminan, hubungan mereka justru kandas karena Elmar memilih wanita lain.

Belum hilang semua perih dan kecewa yang dirasakan Alesha, dia mendengar rumah tangga Elmar berakhir dengan tragis. Secara tiba-tiba, ibu Elmar—yang disayangi Alesha layaknya ibu sendiri—menyampaikan permintaan terakhir. Alesha tidak sampai hati menolaknya.

Tidak ada lagi tempat bagi wanita dalam hidup Elmar. Kecuali untuk putri kecilnya dan ibundanya yang tengah sakit keras. Demi membahagiakan ibunya, Elmar mencoba untuk mempercayakan pernikahan sekali lagi. Pernikahan berlandaskan persahabatan, Elmar menekankan, harus berjalan lebih baik daripada pernikahannya sebelumnya.

Bagi Alesha, pernikahan yang dulu hanya ada dalam angan, kini menjadi kenyataan. Tetapi itu saja tidak cukup. Alesha menginginkan cinta dalam pernikahan mereka. Mungkinkah Alesha bisa mendapatkannya? Atau Alesha harus patah hati untuk kedua kali, di tangan laki-laki yang sama?

***

“Ada sebuah nasihat yang mengatakan bahwa kebahagian semakin bertambah besar kalau kita membaginya. Tujuan orang menikah, salah satunya, untuk melipatgandakan kebahagiaan.”

A Wedding Come True bercerita tentang Alesha yang melepaskan cintanya karena sosok yang sangat ia cintai memilih menikah dengan orang lain. Bertahun-tahun Alesha berusaha menyembuhkan dirinya dari rasa sakit sampai akhirnya ia bangkit dan berusaha menjadi sosok wanita yang lebih tangguh. 

Jujur, aku suka sekali dengan karakter Alesha. Aura wanita yang penuh dengan kasih sayang dan cinta terasa sekali. Bagaimana ia tetap memaafkan seseorang yang sudah menyakitinya dan bagaimana dia tetap baik-baik saja walau hatinya berkata lain.

Elmar—sosok pria yang di cintai oleh Alesha, yang memilih menikahi wanita lain daripada sahabat masa kecilnya sendiri.

Lima tahun berpisah ternyata masih tidak cukup untuk membuat Alesha menghapus perasaan cintanya untuk Elmar. Karena suatu peristiwa naas yang menimpa Elmar—istrinya yang bunuh diri—membuat Alesha harus berhubungan kembali dengan Elmar karena Kaisla—anaknya Elmar—mengalami trauma karena melihat ibunya gantung diri.

Tidak cukup dengan itu saja, Ibu Elmar tiba-tiba jatuh sakit dan membuat suatu permintaan terakhir agar Elmar mau menikahi Alesha. Tapi apakah Elmar bisa mencintai Alesha kembali seperti halnya Alesha yang masih sangat mencintai Elmar? Akankah rumah tangga mereka akan berjalan dengan baik walau tidak ada cinta di antara salah satunya? 

Aku selalu suka tulisan penulis satu ini. Kak Ika selalu berhasil membuatku takjub dengan issue yang ada di cerita ini. tentang bagaimana kita harus mulai mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. tentang bagaimana kita harus aware terhadap orang-orang di sekitar kita ketika mereka mulai menjadi sosok pendiam dan menyendiri. Tentang bagaimana keikhlasan hati seorang Alesha menerima kembali Elmar menjadi suaminya walau ia tahu Elmar menikahinya karena permintaan sang Ibu.

Scene yang paling bikin aku nyesek adalah ketika Elmar membentak Alesha di tempat ramai ketika Alesha menghilangkan Kaisla, padahalkan itu bukan sepenuhnya salah Alesha dan harusnya Elmar bisa membicarakan itu baik-baik. Tuhan... sakit sekali rasanya. Di situ aku benar-benar benci sama Elmar yang hanya mementingkan perasaannya sendiri tanpa ia tahu bahwa Alesha sama sedihnya ketika kehilangan Kaisla.

“Bukankah diri kita adalah orang yang paling layak dicintai dan dibahagiakan, oleh kita sendiri? Sebab siapa lagi yang membahagiakan kita? Orang lain tidak bisa membuat kita bahagia.”

Ah iyaa.. satu lagi dari buku ini yang paling aku sukai, Author’s Note dari penulisnya yang mengajak kita untuk memperiotaskan kebahagian kita sendiri. Mencintai diri sendiri sebagaimana kamu berhak dicintai. Mengingatkan kita untuk tidak terlalu keras kepada diri sendiri. Ituu kayaak... nasehat seorang kakak untuk adiknya dan ketika aku membaca itu aku terharu sebab aku berulang kali memaki diriku sendiri hanya karena aku engga bisa seperti yang lain padahal aku sadar kualitas seperti apa yang aku punya.

“Karena kadang kita harus menerima bahwa hidup tidak bisa berjalan sesuai harapan kita.”

Well, untuk kalian yang mampir membaca ulasanku ini, aku ingin minta maaf kalau ulasanku engga sesuai yang kalian harapkan karena di sini aku memang menuliskan hal yang memang aku suka dan aku rasakan selama membaca cerita ini. dan apabila kalian memang mencari bacaan romance tapi tidak menye-menye ku sarankan kalian untuk membaca buku penulis satu ini.

“Pernikahan ini bukan lembaga yang nggak bisa dibubarkan. Kalau kamu tetap nggak bisa memercayaiku, aku nggak ingin meneruskan pernikahan ini. Tolong jangan membiasakan diri merasa cemburu. Itu hanya akan merampok kebahagiaan kita dan memperkecil kemungkinan kita mendapatkan pernikahan yang sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya.”

Okee, sekian ulasanku kali. Sampai bertemu di ulasan lainnya. Luv!

Posting Komentar