Review Scars and Other Beatiful Things - Winna Efendi


Judul: Scars and Other Beatiful Things

Penulis: Winna Efendi

Editor: Anastasia Aemilia & Dwi Ratih Ramadhany

Ilustrasi sampul: Staven Andersen

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 978-602-06-4204-8 (PDF)

Sinopsis:

Dulu Harper Simmons memiliki segalanya. Keluarga hangat dan kekasih yang penyayang. Prestasi gemilang, tim debat tangguh yang memenangi turnamen demi turnamen antarsekolah, dan sahabat yang mendampinginya untuk menaklukkan dunia.

Sampai suatu malam, seorang pria bernama Scott Gideon merenggut itu semua.

Kini, yang gadis itu miliki adalah malam-malam penuh mimpi buruk yang hanya terlewati dengan bantuan obat tidur. Psikiater yang kerap kali menanyakan apa ketakukan terbesarnya. Ayah yang larut di balik tumpukan pekerjaan, adik kembar yang berhenti mengejar impiannya, sahabat yang tak kunjung mengerti, dan cinta yang perlahan-lahan berubah serapuh persolen.

Harper pikir, ia hanya perlu menjadi lebih kuat daripada seharusnya. Bukankah orang-orang berkata semuanya akan berlalu seiring waktu?

Ini adalahkisah perjalanan untuk melupakan. Untuk menemukan diri sendiri setelah kehilangan begitu banyak; walau sering kali, penemuan dan kehilangan tak berjalan pada sisi yang sama.

***

“Aku ingin kau ingat satu hal, Harper. Penderita trauma tidak selamanya korban. Mereka juga bisa menjadi orang-orang yang bangkit dan lebih kuat daripada sebelumnya.” Hal. 35

Berbicara tentang pelecehan seksual, di negara kita Indonesia bukan lagi hal yang bisa dianggap tabu karena hampir setiap hari kita membaca berita tentang pelecehan seksual ini. Tidak hanya terjadi pada wanita saja bahkan pria juga tak luput dari hal ini. Tak hanya terjadi pada orang dewasa bahkan anak-anak di bawah umur juga menerima perlakuan buruk ini. Berapa banyak pemaklukan akan tindakan keji ini. Berapa banyak korban yang disalahkan karena pakaian yang mereka gunakan. Berapa banyak korban yang harus diam karena di ancam ini dan itu. Dan berapa banyak lagi hal yang harus di tanggung oleh korban. Trauma; ketakukan, kesedihan, penderitaan dan bahkan mereka hampir gila dengan apa yang mereka alami. Dan orang-orang yang bermulut jahat masih saja bisa berkomentar dengan mengatakan “Palingan kamu juga menikmati itu” miris sekali rasanya. Di mana seharusnya korban yang di dukung dan di beri perlindungan malah pelaku yang di biarkan bebas tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Dan itu juga yang di alami oleh tokoh utama di cerita ini. Harper Simmos, gadis remaja yang ceria dan berprestasi di sekolahnya. Mempunyai keluarga yang harmonis serta pacar yang menyayanginya dengan tulus. Tapi semua hal indah itu berubah ketika pada suatu malam ia harus menerima hal buruk itu terjadi padanya. Ia dilecehkan dan diperkosa oleh seorang mahasiswa di acara pesta yang ia hadiri. Ia meminta bantuan dan berteriak tapi suaranya di bungkam oleh pria tersebut. Sampai pada akhirnya ia terbangun di rumah sakit dalam keadaan yang cukup mengerikan. Setelah malam itu hidupnya berubah. Tak ada lagi keceriaan, malam-malam yang ia lalui selalu di hantui oleh mimpi buruk, keluarganya yang mulai menyibukkan diri demi melupakan hari buruk itu, sahabatnya; Rachel yang menuntut perhatian dari Harper dan menganggap semuanya hanyalah angin lalu, dan pacarnya: Adam yang berusaha terus menemani Harper dalam kondisi apapun. 

“Membangun kembali hidup setelah trauma membutuhkan langkah-langkah kecil, Harper. Langkah-langkah kecil itu membutuhkan keberanian, tapi merekalah yang akan menuntunmu untuk meninggalkan masa lalu.” Hal. 55

Sampai pada akhirnya Harper bertemu dengan seorang wanita dewasa pemilik rumah hewan yang bernama Jordan. Dari Jordanlah Harper tergerak untuk bergabung dalam rumah hewan tersebut. Ia mendaftarkan diri sebagai anak magang serta untuk memenuhi ekstrakurikuler di sekolahnya. Dari situlah Harper menemukan cahaya dalam hidupnya kembali. Bersama anjing dan kucing ia menemukan banyak pelajaran hidup. Dari mulai kucing yang ditelantarkan, anjing yang dibuang oleh pemiliknya dan banyak hal buruk lainnya. Semakin hari di tengah-tengah berisiknya suara yang membicarakan tentang apa yang terjadi terhadap dirinya, Harper mulai membiasakan diri untuk menerima hal tersebut. Perlahan pun ia mulai menyembuhkan trauma serta lukanya dengan bantuan psikiater juga pastinya. Sampai ia berada di fase untuk tetap hidup dan memperjuangkan mimpi-mimpinya. 

Jujur, ketika membaca cerita ini aku sebagai pembaca tidak menaruh ekspektasi apa-apa. Toh ia hanya cerita metropop biasa. Tapi, siapa yang menyangka novel yang tebalnya 300 halaman berhasil mengaduk-aduk emosiku sebagai pembaca. Bagaimana hukum di negara itu bergerak. Korban di salahkan dan pelaku di bebaskan dengan alasan akan membuat hal baik setelah itu. Ah, rasanya aku ingin marah dengan para oknum itu. Seperti yang kita tahu, pelaku akan bebas dan korban akan menanggung trauma seumur hidupnya. Dan di cerita ini aku salut dengan perjuangan yang di lalukan oleh Harper serta orang-orang terdekatnya. Bahwa hidup memang harus dilanjutkan tak peduli rintangan apa yang akan kita hadapi.

Sekian ulasan singkat dari aku, semoga siapapun yang membaca ulasanku ini menyempatkan diri membaca cerita ini biar kita lebih aware lagi dengan tindakan buruk ini. 

“Aku ingin terus hidup untuk melihat mereka tersenyum sekali lagi. Aku ingin hidup untuk melihat pria itu dihukum seberat-beratnya, untuk apa yang telah diambilnya dariku. Aku ingin hidup untuk memberikan diriku sendiri kesempatan kedua, meski terkdang bertahan hidup terasa sangat sulit.” Hal. 173

Posting Komentar